| 0 komentar |

Selasa, 26 Mei 2009

Sejarah Awal Terbentuknya Band Peterpan

Group Band Peterpan terbentuk berawal dari pertemuan Uki dan Ariel yang pernah satu kelas di SMPN 14 Bandung. Tadinya mereka nggak saling kenal. Bahkan keduanya nyaris adu jotos. Maklum Ariel sebagai anak baru udah bikin Uki kesel. Soalnya Ariel kalau ke sekolah suka bawa gitar segala. Udah gitu ikut-ikutan bisa menggambar pula sama seperti Uki.

Dari sinilah, mereka mulai meengasah kemampuannya dalam bermusik. Bersama gank-nya Uki, Ariel akhirnya jadi teman baik plus patner nge-jamnya. Puncaknya, mereka tergabung dalm band yang menamakan dirinya Papermint. Sayang, band yang diharapkan bisa bicara banyak ini malah kandas di tengah jalan. Keduanya pun sepakat untuk jalan sendiri-sendiri.
Cerita berlanjut ketika band kesayangan Andika, Beat Jr (biasa membawakan lagu-lagu The Beatles) dan Stupid Cupid (biasa membawakan musik-musik beraliran Britpop), terpaksa bubar. Andika yang waktu itu cinta mati sama band membentuk sebuah band lagi. Uki yang jago main gitar sejak kenal Ariel dirangkulnya. Karena kekurangan personil Uki najak sohibnya di SMP, ariel. Sementara gara-gara dikenalin temen tetangganya Andika, doi pun ngajak gabung Indra dan Ari. Tahun 1997, band ini pun resmi terbentuk dengan nama Topi. Anggotanya terdiri dari Ariel (vocal/gitar), Andika (vocal/keyboard), Uki (gitar), Indra (bas), dan arie (drum).
Tadinya, formasi bakalan solid. Maklum awalnya semua personil rajin untuk latihan. Sayang, gara-gara ada personil yang nggak serius, band ini terpaksa bubar. Semua personil membuat band sendiri-sendiri. Memang dasar jodoh, Andika pun memanggil semua personil kembali.

Lagi-lagi sial. Saat hati sudah sreg, Arie cabut karena alasan pribadi. Reza dan Loekman yang pernah main bareng dengan indra dan kakaknya, digandengnya.
Karena udah ganti personil baru, maka namanya diganti menjadi Peterpan. Arti nama Peterpan simpel banget, band ini ingin terbang seperti cerita dongeng Peterpan.
Tapi semua itu tiba-tiba sirna ketika pada tanggal 8 oktober 2006 indra sebagai pembetot bas menerima surat pemecatan dengan alasan yang tidak jelas diikuti oleh Andika pada posisi keyboard. Berhembus kabar kalau Ariel sang vokalis merupakan biang dari pemecatan ini. Menurut berbagai sumber Andika dengan berbesar hati meneriman pemecatan tersebut tapi yang sangat disesalkannya adalah kenapa indra rekannya itu juga dipecat. Dipihak lain sampai saat label tempat Peterpan bernaung belum memberikan konformasi yang jelas tentang konflik ditubuh band ABG tersebut. Ariel sendiri sampai saat ini masih belum memberikan komentar tentang gosip yang menyebutkan kalau dialah biang dari semua perpecahan yang ada ditubuh Peterpan.

Beberapa pentolan grup band lain seperti Piyu PADI, Kikan COKELAT, Ian RADJA yang menyesalkan pemecatan dua personil Peterpan tersebut. Mereka menganggap ini hanya kesalahpahaman belaka dan masih mungkin bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Titik Puspa yang juga pernah berduet serta bekerjasama dengan Peterpan juga menyesalkan hal tersebut tetapi beliau hanya mengatakan untuk tidak sampai terjadi konflik yang berkepanjangan dan semoga dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana.
...read more ⇒
| 0 komentar |

Kejanggalan Seputar Tragedi WTC

Sampai saat ini, apa yang sesungguhnya terjadi pada peristiwa serangan WTC masih misteri. Banyak pertanyaan belum terjawab. Empat pesawat komersial dilaporkan terbajak, tak pernah sampai tujuan. Tiga di antaranya menabrak gedung (WTC dan Pentagon). Satu lainnya jatuh di
Pennsylvania.

Tak seorang pun tahu apa yang terjadi sesungguhnya karena delapan flight data recorder (dua pada setiap pesawat) yang mestinya indestructible (tak dapat rusak) dilaporkan rusak dan sulit direstorasi. Termasuk satu kotak hitam yang ditemukan di Pennsylvania.

Itu menimbulkan pertanyaan besar, mengapa perangkat yang didesain tak rusak justru bisa rusak tanpa penjelasan. Semuanya pula --temasuk yang jatuh dan tak menimbulkan ledakan. Padahal, sekalipun pesawat meledak, kotak perekam data penerbangan itu dirancang tahan sampai dua kali panas maksimum yang bisa dihasilkan oleh api bahan bakar jet.

Memang ada temuan yang diklaim sebagai fakta penyelidikan. Beberapa saat setelah ledakan, FBI mengaku telah mendapatkan paspor milik dua tersangka. Kedua paspor itu konon ditemukan dalam keadaan mulus dan utuh. Satu ditemukan di sekitar reruntuhan gedung Pentagon. Sementara paspor yang satunya lagi justru ditemukan terselip pada kawasan yang berlokasi cukup jauh. Sekitar tiga blok dari situs WTC.

"Saya dapat memberi sejumlah uang pada siapa saja yang bisa menunjukkan bagaimana cara meluncurkan satu paspor pada jarak tiga blok kota," kata Lawrence Stephen Maxwell dalam Whatreallyhappened (Oktober 2001).

Fakta, tepatnya klaim, lain menyebut ada tujuh percakapan ponsel sempat terkirim dari para penumpang pesawat. Tak seorang pun penelpon melukiskan ciri dan karakteristik pembajak apakah mereka itu orang Arab Saudi, Iran, Irak, Afghan, Pakistan atau dari negara Muslim lain di Timur Tengah.

Barbara Olson --penulis, pengarang, wartawan investigatif, komentator ternama, dan istri dari Jaksa Agung Muda AS (Mr Olson adalah penasihat hukum George W Bush dalam menangani masalah gugatan pemilu Bush vs Gore)-- juga tidak melukiskan pembajak sebagai orang Timur Tengah.

Sebagai penulis dan wartawan investigatif, Barbara tentu sudah terlatih untuk mengamati dan merekam secara mendalam dan terinci apa yang dilihat dan disaksikannya. Tetapi, anehnya, tak ada laporan yang menyebut bahwa dia telah mendeskripsikan wajah-wajah dari 18 orang --15

di antaranya berdarah Arab Saudi-- yang dituduh sebagai para pembajak. Apakah kita percaya dia tidak mengungkapkan. Atau dia sebenarnya melukiskan, tetapi sengaja tidak dilaporkan? Boleh jadi, deskripsi profil para tersangka sengaja tidak disampaikan ke publik karena deskripsinya tidak cocok dengan kerangka dan perpektif yang harus diterima publik.

Lalu bagaimana pula dengan penyebutan nama Adnan Bukhari dan Amir Bukhari sebagai pilot pembajak yang kemudian diralat CNN esoknya? Adnan ternyata masih hidup, ia warga Florida dan bukan pilot. Sedangkan Amir, adiknya, sudah meninggal dua tahun lalu dalam kecelakaan pesawat. Pilot Al-Owali dan Al-Ghamdi, yang namanya masih masuk daftar 18 tersangka, ternyata hingga kini masih hidup. Mereka masing-masing bekerja di Saudi Airways dan Tunis Airlines.

Sulit bagi kita untuk percaya Jaksa Agung Muda Olson --ketika menerima telepon istrinya-- lupa memintanya melukiskan pelaku kriminal. Lawrence Stephen Maxwell menduga deskripsi wajah pembajak hanyalah fakta yang tak signifikan menunjang dalih-dalih persangkaan, hingga keterangan itu kalau pun ada, dinilai tak bermakna dan karenanya tak dikembangkan lebih lanjut.

Informasi awal dari beberapa percakapan telepon juga sempat mengabarkan bahwa delapan tersangka Timur Tengah (dituding berperan sebagai pilot, awak, dan penumpang biasa) menggunakan pisau box-cutter dan kotak merah sebagai alat pengancam. Pertanyaannya, apa mungkin pilot profesional merasa dan bisa terancam dengan satu box-cutter? Lagipula, apa mungkin pembajakan dilakukan oleh kelompok di mana pembajaknya juga membawa pilot sendiri? Dan itu terjadi empat kali dalam sehari?

Kalau pun itu terjadi, apa mungkin pembajak begitu ceroboh sampai-sampai ia sengaja membawa lisensi penerbang dengan identitas yang amat gamblang. Kemudian begitu mudahnya dia meninggalkan jejak identitas calling card saat beroperasi. Apakah mereka sengaja meninggalkan identitas diri hingga begitu teror terjadi kemudian orang akan langsung mengenal pelakunya.

Satu pertanyaan besar dari aksi 11 September adalah lumpuh atau tidak berfungsinya semua sistem pertahanan dan radar penerbangan. Bagaimana mungkin ada empat pesawat yang memiliki lintasan terbang terkomputerisasi dapat berkeliaran terbang lebih dari satu setengah jam tanpa alarm di semua tempat? Ketika posisi dan ketinggin melewati fase visible radar, mengapa tak seorang petugas lalu lintas udara pun bisa mendeteksi bahwa pesawat telah keluar jalur dari yang semestinya?

Dalam perjalanan menuju sasaran, mengapa hilangnya pesawat tidak menyebabkan alarm? Mengapa lebih dari satu jam setelah WTC dihantam, sistem pertahanan otomatis tak aktif dan pesawat-pesawat tempur yang biasanya siaga, diam seribu basa? Apakah sistem AU tidur pada 11

September pukul 7.45 pagi, ketika pesawat dibajak dan menyimpang dari lintasan terbangnya?

Apakah dapat dipercaya ketika satu transponder penerbangan mati tak ada satu pun yang curiga bahwa pesawat tidak lagi terlacak ketinggiannya. Dan ini terjadi pada empat pesawat secara simultan pada kawasan regional yang sama. Mengapa tak seorang pun di lembaga berwenang, termasuk Dephan di Pentagon, terjaga?

"Saya percaya tak seorang pun punya gelagat dan firasat apa-apa selama satu setengan jam, dari serangan pertama hingga asap muncul dari satu menara WTC," kata Lawreence. Dia mengaku amat heran, mengapa ketika pesawat pertama menghantam menara, tak seorang pun segera tahu bahwa tiga pesawat lain missing. "Sungguh aneh informasi sepenting itu tidak muncul dalam waktu sekian lama. Ini sulit dipahami oleh pilot amatir sekalipun."

Soal penyebab runtuhnya World Trade Center juga menyimpan teka-teki besar. Ada informasi bahwa gedung 110 lantai tidak kolaps karena tumbukan satu atau dua pesawat. Pesawat kedua bahkan hampir missed, praktis hanya menyentuh sudut gedung dan sulit dipercaya bila itu sebagai pemicu luluh lantaknya gedung.

Ada kesaksian bahwa banyak bahan bakar tumpah dan terbakar dalam sebuah ledakan luar. Itu dipercaya sebagai sumber kolaps pertama dan terjadi cukup lama sebelum menara itu dihantam pesawat kedua. Sebelum gedung runtuh terdengar banyak ledakan bom. Bahan bakar itu relatif cepat membakar meja, kertas, plastik, dan karpet. Secara teoretis api pembakaran tidak sampai membangkitkan 2.000 derajat celcius, atau sekitar 1.000-an derajat hingga masih toleran dengan enam kolom baja di pusat gedung yang dirancang khusus agar gedung tahan tumbukan pesawat Boeing 707. B-707, karena lebih tua dan kurang efisien, membawa lebih banyak bahan bakar dibanding B-757 dan B-767 yang menghantam menara itu.

Dalam satu konferensi international tentang terorisme di Frankfurt, Jerman, Rabu (05/09/01), para insinyur sipil yang mendesain menara WTC menjelaskan bagaimana menara itu dirancang tetap tegak walau dihantam sebuah jet komersial. Petikan pembicaraan di Jerman ini di-posting ke beberapa situs internet sejak lima hari sebelum pesawat menghantam menara WTC dan Pentagon.

Hal lain yang mencurigakan, ada jeda waktu cukup lama antara hantaman pesawat dengan runtuhnya gedung. Menara 2 ambruk 53 menit setelah dihantam pesawat. Sementara Menara 1 ambruk setelah 88 menit ditumbuk pesawat. Seorang insinyur sipil, yang pernah menginvestigasi sebuah hotel di Los Angeles yang terbakar, menyebut bahwa karena ada gas alam dan bahan bakar lain sebagai katalis pembakaran, gedung yang terbakar selama satu pekan bisa mencapai suhu puncak 2.200 derajat celcius.

Itu terjadi di gedung berlantai 30 di LA. Tetapi, meski panas mencapai lebih 2.000-an derajat celcius, gedung tidak sampai ambruk. Beton tetap tak bergerak. Dan, untuk meruntuhkannya perlu biaya lebih dari 1juta dolar. Insinyur itu kemudian me-review asitektur WTC. Hasilnya, dia

mengatakan tipe baja dan konstruksi WTC dua kali lebih kuat dari kekuatan hotel 30 tingkat di LA itu.

Maka, jelas perlu kekuatan tambahan untuk meruntuhkan WTC. Sejumlah orang dilaporkan mendengar banyak ledakan sebelum WTC kolaps. Lawrence mengaku punya video orang-orang yang diwawancara setelah gedung runtuh.

Mereka mengaku mendengar serangkaian ledakan (dipastikan bukan bunyi ledakan gas atau kaca) dan beberapa saat kemudian gedung kolaps. Beberapa media menduga ledakan itu berawal dari saluran pipa gas. Tetapi, asumsi ini tidak logis karena tak ada gedung pencakar langit dibuat dengan standar bisa runtuh akibat satu atau beberapa ledakan pipa gas.
...read more ⇒